Kerajaan sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa kejayaan bagi bangsa Indonesia di masa lampau. Kerajaan ini diperkirakan terletak di Sumatra Selatan, tepatnya di tepi Sungai Musi. Kerajaan Sriwijaya melancarkan politik perluasan wilayah untuk mengembangkan kerajaannya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya Daerah-daerah yang menjadi sasaran politik ekspansi Kerajaan Sriwijaya biasanya merupakan daerah yang letaknya strategis dalam pelayaran dan perdagangan atau mungkin karena memiliki kekayaan yang melimpah.
Beberapa prasasti yang dikenal dengan sebutan prasasti Persumpahan menyebutkan beberapa ancaman kepada daerah-daerah bawahan Sriwijaya.
Berikut ini beberapa prasasti persumpahan dari Kerajaan Sriwijaya.
Berikut ini beberapa prasasti persumpahan dari Kerajaan Sriwijaya.
1. Prasasti Bawang. Prasasti Bawang ditemukan di daerah Bawang negeri Sekalabekhak, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Utara. Nama lain prasasti ini adalah prasasti Hujung Langit.
2. Prasasti Palas Pasemah. Palas Pasemah sebenarnya merupakan nama tempat di mana prasasti itu ditemukan. Daerah itu merupakan sebuah desa yang terletak di utara Kalianda, di tepi Way Pisang, Lampung Selatan. Prasasti Palas Pasemah ditemukan pada tahun 1957.
3. Prasasti Kota Kapur. Prasasti Kota Kapur merupakan satu-satunya prasasti Persumpahan yang berangka tahun yaitu tahun 686 M (608 Saka). Prasasti itu ditemukan di Kota Kapur, Pangkal Mundo, pantai barat Pulau Bangka pada bulan Desember 1892.
4. Prasasti Telaga Batu. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu, Sabu Kingkin 2 Ilir, Palembang
5. Prasasti Karang Berahi. Prasasti ini ditemukan di Karang Berahi, Jambi pada tahun 1904.
Dari prasasti-prasasti tersebut, kita menjadi tahu bahwa pada tahun 686, kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sekurang-kurangnya meliputi Bangka, Lampung, Jambi, dan Palembang. Daerah itu menjadi sasaran perluasan wilayah Kerajaan Sriwijaya karena merupakan daerah-daerah yang terdekat dengan kerajaan Sriwijaya dan letaknya strategis. Bisa jadi, wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya jauh lebih luas lagi. Karena prasasti-prasasti serta peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang lain tersebar samoai ke Malaysia dan Thailand.
Raja pertama Kerajaan Sriwijaya diperkirakan bernama Dapunta Hyang. Berita mengenai ini diperoleh dari prasasti Kedukan Bukit Pada masa pemerin alin Raja Dapunta Hyang telah berhasil memperluas wilayah kekuasanya sampai ke Jambi, yaitu dengan menduduki daerah Minangatamwan.
sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa. Sebenarnya
Balaputradewa masih keturunan Raja Syailendra. Pada awalnya, Raja balaputradewa adalah raja dari Dinasti Syailendra di jawa tengah. Di Kerajaan Sriwijaya, berkuasa Raja Dharma Setru (kakek dari Balaputradewa) yang tidak memiliki keturunan. Kedatangan Balaputradewa di Kerajaan Sriwijaya disambut baik. Balaputradewa pun diangkat menjadi raja di Sriwijaya.
Balaputradewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan. la juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan yang berada di luar wilayah Nusantara, seperti Kerajaan Benggala di India dan Kerajaan Cola. Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya menjadi pusat
perdagangan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Pada masa pemerintahan Raja Sanggramawijaya Tunggawarman, Kerajaan Sriwijaya mendapat ancaman dan serangan dari Kerajaan Cola yang dipimpin oleh Raja Rajendracoladewa. Dalam serangan tersebut raja Sriwijaya berhasil ditawan.
2. Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran seiring dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar di sekitarnya. Kerajaan-kerajaan tersebut mengganti kedudukan Kerajaan Sriwijaya yang berperan dalam perdagangan laut di Asia Tenggara.
a. Serangan Kerajaan Cola
Kerajaan Sriwijaya dengan Kerian Cola telah lama berhubungan baik. Namun, hubungan tersebut dan berlangsung terus. Pada tahun 1017, Raja Radendracoladewa kerajaan Cola tanpa sebab-sebab yang jelas tiba-tiba menyei Kerajaan Sriwijaya. Serangan Kerajaannn Cola terhadap Kerajaa Sriwijaya berlanjut pada tahun 1025 dan 1068. Penyerangan Kerajaan Cola ke Sriwijaya pada tahun 1025 disebutkan dalam prasasti Tanjore yang berangka tahun 1030. Prasasti ini dikeluarkan oleh Rajendracola l. Namun, penyerangan Kerajaan Cola terhadap Sriwijaya ini tidak sampai menyebabkan Kerajaan Sriwijaya menjadi jajahan Kerajaan Cola (padahal Raja Sanggramawijaya Tunggawarman tertawan). Hal ini terbukti dalam kitab Sejarah Dinasti Sung yang mencatat datangnya utusan dari Kerajaan Sriwijaya, yaitu Se-li-tien-hwa pada tahun 1028.
b. Serangan Kerajaan Singasari
Pada abad XIII, Kerajaan Singasari mengalami kejayaan. Untuk
merealisasikan politik ekspansi Cakrawala Mandala (meliputi seluruhdwipantara) yang dianut oleh Raja Kertanegara dan untuk membendung ekspansi Mongol, maka pada tahun 1275 M kerajaan ini menyerang Kerajaan Sriwijaya. Penyerangan itu dikenal dengan nama Kejayaan Bangsa di Zaman Kerajaan
ekspedisi Pamalayu. Akibat ekspedisi ini, kedua kerajaan justru bersahabat. Persahabatan tersebut terlihat dalam pengiriman arca "Buddha Amoghapasalokeswara" ke Melayu sebagai hadiah dari Raja Kertanegara pada tahun 1286.
c. Faktor Ekonomi
Kejayaan Kerajaan Sriwijaya salah satunya karena ditunjang dari sektor ekonomi dan
perdagangan. Namun lama kelamaan, Kerajaan sriwijaya tidak berhasil menguasi semua sektor perdagangan tersebut dengan baik ka orang orang Cina ikut terjun langsung dalam kancah perdagangan di kawasan selatan, mereka langsung mengambil barang-barang dari tempat-tempat penghasilnya untuk dibawa ke negerinya. Padahal sebelumnya, Kerajaan Sriwijaya-lah yang berperan sebagai pangkalan utama dalam mengumpulkan barang-barang dagangan dari tempat penghasilnya atau dari pelabuhan-pelabuhan yang lain di bawah.
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan seperti itu ternyata berdampak pada kehidupan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya yang sebelumnya sangat berperan dalam perdagangan di Asia Tenggara dengan Cina menjadi berkurang perannya. Sebaliknya, daerah-daerah atau pelabuhan pelabuhan yang langsung disinggahi orang-orang Cina tersebut sebagai timbal baliknya mulai memberikan upeti langsung kepada Cina. Contoh negeri yang bertindak seperti itu adalah "Lamuri dan Kampe". Padahal, negeri-negeri ini sebelumnya adalah daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
Mantab