Sejarah Kesultanan Pertama di Jawa dan Kesultanan Demak

Sejarah Kesultanan Pertama di Jawa dan Kesultanan Demak, pendiri Kesultanan Demak, dan kejayaan Kesultanan Demak, kemunduran Kesultanan Demak

Kesultanan Demak, adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Raden Patah (bergelar Alam Akbar Al Fattah) adalah putra raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan Champa (daerah yang sekarang adalah perbatasan Kamboja dan Vietnam).

1. Asal Usul Raden Patah

Pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang putri kepada Brawijaya di Kerajaan Majapahit sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapatkan tempat istimewa di hati Raja Brawijaya. Sang raja pun sangat tunduk pada semua kemauan sang putri jelita, yang nantinya membawa banyak pertentangan dalam istana Majapahit.

Pada saat itu, Raja Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa dan masih kerabat raja Champa serta memiliki julukan Ratu Ayu Kencana Wungu. Makamnya saat ini ada di Trowulan, Mojokerto. Sang permaisuri ini memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar Yan Lu. Akhirnya, Raja Brawijaya dengan berat hati harus menyingkirkan putri cantik ini dari Majapahit. Dalam keadaan mengandung putri cantik itu dihibahkan oleh Raja Brawijaya kepada Adipati Palembang, Arya Sedamar. Dan di sanalah Jim-Bun atau Raden Patah dilahirkan. Dari Arya Sedamar, putri ini memiliki seorang anak laki-laki. Dengan kata lain, Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi berbeda ayah.

Setelah memasuki usia belasan tahun, Raden Patah, bersama adiknya, dan diantar ibunya berlayar ke Pulau Jawa untuk belajar di Ampel Denta,  Raden Patah mendarat di pelabuhan Tuban sekitar tahun 1419 Masehi. lim-Bun atau Raden Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta di rumah pamannya. la bersama dengan para saudagar besar muslim ketika itu belajar pada Sunan Ampel. Di Ampel, ia mendapat dukungan dari rekan-rekan- nya, utusan kaisar Cina yaitu Panglima Cheng Ho atau juga dikenal sebagai Dampu-awang atau Sam Poo Tai-jin. Panglima berasal dari Xin-Kiang, pengenal Islam.

Menurut catatan di Gua Batu, Semarang tujuh dari sembilan para Wali Sanga adalah keluarga dan rekan Panglima Cheng Ho yang juga berasal dari daratan Cina. Saat itu, pengaruh Majapahit telah memudar, dan wilayahnya hanya sebagian kecil Jawa Timur, Raden Patah meninggal tahun 1518, dan digantikan oleh menantunya, Pati Unus. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka melawan pendudukan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan digantikan oleh adik iparnya, Sultan Trenggono.

2. Kejayaan Kasultanan Demak

Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak mengalami masa kejayaannya. Demak semakin giat melaksanakan ekspansi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membendung masuknya kekuatan Portugis di Pulau Jawa. Ekspansinya ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan politik perkawinan dan ke- kuatan senjata. Sultan Trenggono juga melaksanakan politik perkawinan, yaitu dengan mengawinkan putrinya dengan penguasa Madura yang bernama Pangeran Langgar. Selain itu, ia juga mengambil Adiwijaya, putra bupati Pengging, sebagai menantunya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menguasai Pajang dan Mataram yang kaya akan beras. 

Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546, dalam penyerangan ke Jawa Timur, ketika Demak melakukan penaklukan daerah Panarukan dan Pasuruan. Akibat gugurnya Sultan Trenggono, cita-cita Demak untuk menguasai seluruh bandar perdagangan di Pulau Jawa mengalami kegagalan.

3. Kedatangan Portugis

Pada tahun 1522, Portugis menjalin hubungan dengan Kerajaan Pajajaran, bahkan Portugis diizinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Mengetahui hal itu, pada tahun 1526, Sultan Trenggono mengirimkan sejumlah pasukan untuk menduduki Sunda Kelapa. Pasukan ini dipimpin oleh Fatahillah, seorang ulama yang datang dari Pasai ke Demak untuk mengabdi kepada Sultan Trenggono.

Pada tahun 1527, datanglah armada Portugis yang dipimpin oleh Fransisco De Sa, dengan tujuan ingin membuat benteng sesuai dengan perjanjian dengan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1522. Demak tidak tinggal diam. Armada Portugis dipukul mundur oleh pasukan Demak. Kemenangan itu dirayakan dengan pengubahan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang berarti kemenangan abadi. Agar dapat menguasai perdagangan di pantai utara, kota-kota pelabuhan dan perdagangan di pantai harus dikuasai. Untuk itu, Fatahillah merebut Cirebon dan diangkat menjadi raja di sana.

4. Kemunduran Kerajaan Demak

Setelah Sultan Trenggono wafat, terjadi perebutan kekuasaan yang mengarah pada perang saudara di Kerajaan Demak. Sultan Trenggono digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Sunan Prawoto. Namun, kekuasaannya tidak diakui oleh adipati-adipati bawahan Demak. Salah satu adipati yang terang-terangan menentang adalah Arya Penangsang. la merasa paling berhak atas mahkota Demak. Untuk itu, ia membunuh Sunan Prawoto. Pada akhirnya, Arya Penangsang sendiri terbunuh oleh Sutawijaya. Sejak terbunuhnya Sunan Prawoto, sinar kemegahan Kerajaan  Demak, perlahan-lahan meredup.

itulah Sejarah Kesultanan Pertama di Jawa dan Kesultanan Demak kali ini Terima kasih banget buat temen-temen yang udah tanya dan udah membaca artikel ini dan kalau masih ada peertanyaan silahkan tulis di kolom komentar, nanti kita bahas lebih lanjut.

Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Belum Ada Komentar :
Tambahkan Komentar
Comment url
Post Terkait :
pelajaran sekolah,sejarah